Merdeka Belajar Diharapkan Menjadi Udara Segar Bukan Udara Kentut Yang Meracuni Pendidikan

merdeka belajar

Merdeka Belajar adalah kurikulum Pendidikan terbaru yang bertujuan untuk memberikan kebebasan dan  kemerdekaan dalam berpikir dan berekspresi untuk mengoptimalkan  bakat dan minat insan pelajar di Indonesia.

Pemerintah terus berupaya untuk mencari solusi atas berbagai masalah yang terjadi pada dunia Pendidikan di Indonesia. Masalah dunia Pendidikan sangatlah banyak, kompleks dan saling terhubung layaknya rantai makanan dalam pelajaran IPA. Mulai dari literasi siswa yang rendah, numerasi yang menjadi pelajaran paling tidak digemari, hingga masalah administrasi yang memberatkan guru. Semua itu adalah sebagian kecil dari ranting pada sebuah pohon besar masalah di dunia Pendidikan.

Terobosan terbaru adalah pemerintah melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim meluncurkan kurikulim Merdeka Belajar bagi pelajar dan Merdeka Mengajar bagi Pengajar. Yah, intinya ada merdeka – merdekanya lah. Meskipun banyak merdekanya tapi ternyata beragam respon muncul di masyarakat. Ada yang antusias alias excited penuh semangat mengikuti berbagai tahapan dan tuntutan, ada yang menjadi haters karena guru harus “Diklat Di HP” melalui aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Ada juga yang sampai salah kaprah memaknai merdeka belajar yang bebas-bas tanpa batas alias loss doll. (red: bukan boneka hilang)

Memaknai Merdeka Belajar Jangan Salah Agar Tidak Meracuni Pendidikan

Apapun itu respon masyarakat, sebenarnya memang wajar karena setiap era periode Kementrian biasanya memang ada peluang perubahan Kurikulum. Sebenarnya masing – masing kurikulum mempunyai keunggulan dan kelemahan. Namun jangan sampai kita salah dalam memaknai kurikulum dengan makna yang dangkal. Hal yang paling ditakutkan adalah memaknai merdeka belajar dengan “sangat liar” hingga keluar dari fungsi dan tujuan pendidikan itu sendiri. Banyak sekali contoh pemaknaan yang salah kaprah yang kemudian dilakukan.

Penulis pernah melihat sebuah postingan dimedia sosial tentang acara perpisahan dimana siswa yang berdandan layaknya biduan dan berjoget di panggung padahal masih dilingkungan sekolah madrasah. Kemudian ada juga sebuah acara perpisahan sekolah dengan sangat mewah, para siwa dan siswi di-makeup hingga make over, padahal mereka masih akan masuk SD hingga orang tua mengeluh dana perpisahan yang dikeluarkan terlalu tinggi. Dan masih banyak lagi yang terjadi di univers Pendidikan Indonesia ini.

Bagaimana Agar Tidak Salah Memaknai Merdeka Belajar ??

Belajar adalah proses manusia dalam memahami dan mengolah pengetahuan, menjadi insan yang terdidik, berakal kritis, bersikap bijak dan membentuk karakter dan budi perkerti yang baik. Belajar berarti proses dari belum mengetahui sesuatu hingga menghasilkan algoritma otak yang bisa mengetahui dan memahami sesuatu. Belajar juga berarti mendayagunakan akal, pikiran dan perasaan agar menjadi manusia bermoral dan bermartabat karena pengetahuan dan ilmu.

Cara yang bisa kita lalukan agar tidak salah kaprah memaknai merdeka belajar adalah kembali kepada “Khittah Pendidikan” dimana, apapun kurikulumnya, pembentukan karakter pelajar benar – benar diperhatikan. Seperti sikap saling respect, saling support, saling konstruktif dan sikap lain yang melambangkan manusia yang terdidik dan berbudi pekerti manusia yang sebenarnya. Karena orang pintar belum tentu benar dan orang benar masih bisa dibohohi oleh orang pintar.

Daily writing prompt
How do you express your gratitude?

Rating: 5 out of 5.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *